Jajaran Polisi Resort (Polres) Pidie dalam masa waktu dua
bulan terakhir tangani 38 kasus dari berbagai jenis pelanggaran yang dilakukan.
Dalam cacatan pihak Polres Pidie kasus yang paling dominan adalah kasus
Narkoba, baik sabu-sabu dan ganja demikian kata kapolrse Pidie AKBP Moffan MK,
SH melalui Kasat Reskrim AKP AKP Erlin Tangjaya, SH, SIK
Kata dia
dalam bulan terkhir ini telah menangani sejumlah kasus dan perkaranya telah diajukan
ke Jaksaan,” dalam dua bulan terakhir ini kami telah tangani 38 kasus dan
paling dominan adalah kasus narkoba,” ujarnya.
Dia
menyebut dari 38 kasus tersebut adalah 16 kasus Narkoba, 4 kasus Illegal
Logging, 16 Kasus Pidana Umum dan 2 kasus RPK,” semuanya telah di proses dan telah
diteruskan untuk ditindaklanjut di pengadilan,” sebutnya.
Kata
dia, pihak polisi tarus berusaha untuk mengantisipasi agar kasus yang paling
dominan menurun seperti kasus Narkoba yang sangat membahayakan dan merusak
mental masyarakat begitu juga
pelanggaran dan kasus-kasus lainnya.
Kasat
menjelaskan, dalam menangani satu kasus paling lambat dalam waktu 15 hari sudah
selesai,” Pihaknya berharap kriminal di Pidie dapat diminimal dan berbagai
kasus yang terjadi,”ujarnya.
Selian
tugas Polisi untuk menangani keamanan, pihaknya sangat berharap dukungan dan
kerjasama masyarakat setempat untuk memberikan informasi bila ada pelanggaran
yang terjadi sehingga pihanya dapat menumpaskan segala kejahatan yang
terjadi,tambahnya,(zan)
Gabah
Di Jual Ke Medan, Petani Pidie Nanti Beli Berasnya
Sigli
| Harian Aceh
Sedikit 70 persen gabah kering produksi
Masyarakat Petani Kabupaten Pidie dijual ke Medan (Sumut) karena harga jual
lebih tinggi dari harga daerah setempat lain. Sehingga petani untuk mendapat
harga yang lebih baik, mereka menjualnya
ke Medan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pidie, M.Nasir kepada wartawan Jum’at
(22/5), Anjloknya harga gabah di Pidie karena banyak pengusaha membelinya
dnegan harga rendah. Petani sendiri langsung mencari jaringan untuk mendapatkan
harga yang baik.
Selain itu kata Nasir, Anjloknya harga
gabah juga Pidie memndapat hasil Panen yang sangat lumayan bahkan melebi target
,” jika petani menjual ke Medan, Stock di Pidie jadi ngak punya dan ini perlu
dinatispasi dan perlu menstabilkan harga agar kita tidak kekuranganstock padi,”
ujar NAsir
Dia mengungkapkan meski produksi padi di
Pidie mencapai 6,5 ton/hektare, namun hampir semua hasil panen di jual ke
Medan. Padahal daya beli di Aceh juga standar, yaitu Rp 3.000,/Kg.,” hanya beda
Rp, 100 saja harga pasar di Medan mencapai Rp Rp 3.100/Kg, petani lebih
tertarik menjual ke Medan,” tuturnya.
Padahal kata dia, beras uang kita beli
dari pasukan Mesdan itu adalah beras kita, bahkan kita harus beli dengan harga
mahal “Gabah tersebut digiling di Medan dan berasnya kembali dijual ke Aceh,
kita bel;I harga mahal lagi”ungkapnya.
Lajunt Nasir, Kabupaten Pidie perlu adanya
penampungan gabah kering sehingga mereka tidak lagi menjual ke Medan dan harga
yang ditawarkan ketingkat petani jangan terlalu murah dan jangan sampai di
bawah standar harga Medan.
Pantuan Harian Aceh, banyak petani yang
menjaul ke daerah Medan, karena Pemerintah belum maksimal dalam mensejahterakan
petani, buktinya petani masih memilih medan daripada menjual di daerah sendiri.
Terkait dengan penjual gabah ke Medan
seorang petani Laweung, Harmadi Pada Harian Aceh mengungkapkan, dalam proses
penanaman padi mereka banyak utangnya, sehingga mereka harus memilih harga
lebih tinggi untuk melunas banyak utangan pupuk dan obat-obatan lainnya.
Upaya yang dilakukan pemerintah selama ini
dinilai belum maksimal, sehingga petani lebih memilih harga tinggi. “Tapi kita
akan mengupayakan untuk menggiling gabah kering di Pidie dan berasnya akan
dijual ke luar daerah,”harapnya.
Kata dia, Petani juga menginginkan gabah
tidak dijual di Medan, “ kita jual harga lebih tinggi untuk menutupi utang
pupuk dan obat-obatan, kami juga kwatir dengan keadaan seperti ini karena
petani nantinya harus beras dengan harga mahal,”ungkapnya(zan)
Kebahagian Camat luka
Bagi Rakyat
Hampir 5 hari camat ke luar daerah, mulai terasa bagi rakyat, memang pulau
jawa suatu tempat yang indah apalagi Jakarta merupakan sebuah tempat yang
diidamkan oleh setiap orang orang kaya maupun orang melarat untuk berleha-leha.
Perjalanan orang nomor satu di 23 kecamatan ini bukanlah yang pertama kali,
hampir setiap tahun mereka ke luar daerah dan dana yang digunakan adalah dari
daerah pula. apakah mereka dapat melihat kondisi Pidie saat ini yang hampir
down, bahkan sejumlah gaji dan jerih tidak dapat dibayar oleh Pemerinhtah
daerah Pidie.
Kenapa juga Pimpinan Daerah dalam ini
Bupati memberi kesempatan untukk berleha-leha ke luar daerah, benar kata Pidie
Tansparan Anggaran (PiTA), Perjalanan Camat bukan suatu yang menguntungkan
daerah malah membuat daerah akan kerepotan.
Bahkan masyarakat Pidie sekarang tercengan
dengan ulah pejabat, seharus dana yang begitu besar sampai ratusan juta rupiah
seperti kata Ismail Von Sabi dapat dibayar upah Keuchik, Imum Mukin atau jerih
TKSK yang tidak seberapa nilai. Begitu juga dana ratusan juta rupiah dapat
digunakan untuk pengembangan ekonomi masyarakat setempat yang memang saat ini
sangat membutuhkan bantuan untuk mencapai kebutuhan hidup sekeluarga.
Perjalananan Camat sama halnya telah
mengorban orang kecil seperti Keuchik, Imum Mukim dan masyarakat lemah lainnya.
“ kita harus mempunyai rasa malu dengan daerah lain, apalagi Pidie merupakan
daerah produksi gabah bahkan melebihi target, namum betapa rendahnya kita
daerah tidak mampu membayar jerih Keuchik yang 5 bulan belum dapat dibayar.
hal ini sangat mengherankan jika pimpinan kecamatan tersebut mendapat dukungan dari Pemda setempat yang katanya untuk mengikuti Bimbingan Teknik (Bintek) katanya. Hal itu telah membuat kesenjangan social dan moral diantara pejabat pemerintah di tingkat mukim dan gampong.
Entah apa dalam pikiran mereka dengan dana
yang begitu besar harus dikeluarkan daerah untuk 23 camat untuk betengger di
negeri orang dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten
(APBK).
Baiknya dana tersebut dapat digunakan
untuk yang lain, memang tak salahlah bila PiTA pidie mengecam atas pengamburan
dana yang yang tidak menguntungkan. Seharusnya bupati harus dapat mengambil
suatu kebijaksanaan dalam setiap masalah karena kepergian camat keluar daerah
menyedot dana yang besar.
Kita sangat menyayangkan, memang dalam
pemerintah lama sering dilakukan, setiap setahun sekali melakukan perjalanan ke
luar daerah, tapi sekarang kondisi Pidie ini berbeda tidak seharusnya
befoya-poya seperti kata Ismail Von Sabi.
Dia sependapat dengan rakyat kecil
lainnya, jika dana itu dibayar jerih keuchik, dalam hal ini, camat telah
menggores luka pada pimpinan gampong juga masyarakat kecil yang ingin mengurus
yang berurusan dengan kantor camat malahan sekcam yang menanganinya.
Beberapa Camat yang dihubungi mengaku,
kepergian mereka bukan sekedar menghambur-hamburkan uang daerah, namun
kepergian itu khusus mengikuti Bimbingan Tehnik (bimtek) tentang
kepemerintahan. Kekecewaan atas kepergian camat ke laur daerah bukan hanya
dirasakan oleh pejabat ditingkat gampong, akan tetapi hal itu juga ikut
dirasakan semua rakyat Pidie.
Artinya
menggunakan uang daerah tanpa ada keuntungan yang dirasakan masyarakat tentunya
sangat mubazir, “Ini perlu disikapi, sebab Pidie ini sudah terjadi divisit dan
hal ini akan terus terjadi jika pemerintah tidak menghentikan perjalanan yang
tidak perlu,”ungkap Ismail.
Menanggapi
hal tersebut Asisten Pemerintahan Setdakab Pidie, Drs Zulfikar Yakob,MM pada
wartawan mengaku, kepergian para camat itu keluar daerah bukanlah semata-mata
untuk menghambur-hamburkan uang, akan tetapi mereka mengikuti pendidikan di
sana.
“Kalau
untuk menimba ilmu saya pikir tidak ada masalah, sebab belajar itu perlu
dilakukan setiap saat, sehingga nantinya mereka bisa mengembangkan ketika merka
berada di daerah.”ungkapanya.
Meski
ada kecaman dari berbagai kalangan di Pidie, masyarakat harus melihat pada
kegunaan mereka ke luar daerah, sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang
berlebihan. Pemkab Pidie dalam hal ini sangat mengerti bila ada pihak yang
tidak setuju camat ke luar daerah, akan tetapi itu hak mereka untuk menimba
ilmu, sehingga para camat semakin mengerti dalam melayani masyarakat.ujar
Zulfikar.(zan)
LSM
Pinto Rimba :
Rendahnya
Pendidikan Pelaku Pembalakan Liar
+
Pemerintah tidak berpihak Rakyat
Sigli
| Harian Aceh
Sejumlah Lembaga Pemerhati Lingkungan
Hidup dan Satwa mengecam oknum pelaku pembalakan liar di wilayah hutan lindung
Mane Geumpang yang mengakibat ribuan hektar lahan jadi gundul. Aksi ini
disebabkan rendahnya pendidikan pelaku dan tidak memahami dampak yang sangat
berakibat fatal perkampungan dataran rendah dan terganggunya satwa.
Selain itu Penebangan hutan secara liar
ini, juga disebab pemerintah belum sepenuh menata ruang lingkungan hidup secara
baik dan memberi suatu sosialisasi pada masyarakat betapa penting atau arti
lingkungan hidup dan sekaligus mengambil suatu kebijakan lain untuk
mengantisipasi pembalakan liar.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Pinto Rimba, M. Sabi mengatakan penebangan hutan secara liar karena rendahnya
pendidikan dan kesadaran oknum pelaku di masyarakat untuk memahami arti
lingkungan hidup,” selain dampak yang sangat serius juga sangat terganggu satwa
liar,” sebut M. Sabi.
Selain itu kata M. Sabi, Pemerintah belum
berpihak pada rakyat, arti pemerintah tidak menyediakan objek lain untuk mereka
khususnya warga setempat untuk melakukan kegiatan untuk kebutuhan hidupnya ,”
saya kira jika mereka diberdayakan dengan kegiatan lain, ini satu kebijakan
yang paling baik dilakukan untuk mengantisipasi pembalikan liar,” ujar Sabi.
Menurut Sabi, Pemerintah harus membenahi
tata ruang secara baik dan menempatkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi,” Masyarakat memiliki pemahaman khusus tentang lingkungan
hidup dan melakukan berbagai konsultasi publik dan perencanaan tata lingkungan
hidup dalam berbagai level,” sebut M. Sabi
Kata M. Sabi, jika pemerintah tidak
memperhatikan tentang hutan Mane Geumpang, kita tidak dapat bayangkan 10 tahun
atau 20 tahun ke depan,” sekarang saja hutan hutan Mane Geumpang sudah mau
habis hanya tinggal pohon rumput dan ilalang, hal ini perlu disikapi oleh
pemerintah setempat(zan)
Caption
Foto : Warga setempat sedang melintas salah satu lubang yang sangat parah di
daearah Alu Thoe Kecamatan Mane dari sekian banyak lubang yang terdapat di
jalan Mane Geumpang, Foto direkam kemarin (24/5) Harian Aceh | Hamzani
Jalan
Pulo Mesjid Pulo Seunom Butuh Perhatian
Tangse
| Harian Aceh
Jalan Pulo Mesjid sampai Pulo Seunom
Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie rusak parah, kondisi ini sudah berlangsung
lama, namun pihak pemerintah setempat belum melirik untuk pembangunannya. Sementara masyarakat sangat membutuh untuk
kelancaran transportasi daerah setempat.
Masri
warga Tangse, Kamis (21/5) pada Harian Aceh mengatakan jalan tersebut sangat
sulit dilalui warga setempat karena jalan itu banyak lobangnya, bukan hanya
dari pulo mesjid jalan semakin parah tapi jalan Pandak tembus Pulo Seunom juga
semakin parah.
Kata
dia, jarak antara pulo Mesjid dengan pulo Seunom hanya 6 km saja, kenapa jalan
itu tidak diperhatikan, sementara di daerah jalannya sudah enak di lalui, tapi
kenapa Pemerintah kurang perhatian terhadap jalan ini.
Lanjut
dia, Pulo Seunom suatu daerah wisata yaitu terdapat kolam air panas,
seharusnyalah pemerintah memperhatikan jalan itu karena setiap Sabtu-Minggu
banyak pengunjung ke Pulo Seunom.
Jika
jalan rusak parah begini tentu pengunjung malas ke kolam air panas,” bagi kami
jalan ini sangat penting karena dibadan jalan penuh lobang yang sulit dilalui
warga setempat,”ujar Masri.
Warga
setempat kata Masri sangat berharap kepada yang berkompoten untuk mendapat
penhatian khusus pada jalan pulo mesjid sampai pulo Seunom,” selain kepentingan
warga setempat untuk ke kota
Kecamatan juga untuk kelancaran transportasi pengunjung untuk menikmati Kolam
Air panas,” Tambahnya.(zan)
Kasus Tanah Geumpang Masih Dalam Mediasi
Geumpang | Harian Aceh
Terkait
dengan kasus tanah tanah di kompleks rumah dinas guru, taman kanak-kanak, SD,
SMP, KUA dan rumah Dinas Camat di Geumpang Kabupaten Pidie masalah tersebut
masih belum tuntas. Padahal persoalan tersebut harus segera diselesaikan untuk
kelancaran proses belajar mengajar juga proses administrasi pihak kecamatan
setempat.
Namun
pemkab Pidie seperti molor saja, bahkan seluruh elemen masyarakat menilai
Pemkab Pidie lemah dalam menangani kasus ini, karena pihak kuasa hukum pemda
setempat perkara ini masih dalam taraf mediasi dan penyelesaian kasus tanah
tersebut sepertinya berlarut larut.
Kuasa
Hukum Pemda Pidie, Muhammad Yusuf, SH, Sabtu (23/5) pada Harian Aceh
mengatakan kasus ini masih dalam mediasi
dan kasus ini sudah sampai kepengadilan Negeri (PN) Sigli karena pihak ahli
waris telah menggugat pemkab Pidie dengan nomor 4/PDT-6/09/PN-Sigli.
Dia menjelaskan gugatan tersebut disampaikan masing-masing atas nama penggugat Banta Leman bin Abdurrahman (55) warga Dusun Teungaoh Gampong Turue Cut Kecamatan Mane, Adnan bin Abubakar (43), Gampong Luetueng, Kecamatan Mane, Alamsyah bin Saidan (51), Gampong Pucok, Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie
Kata Yusuf, Kasus ini bukannya molor tapi kasus ini masih dalam mediasi dan pihak pengadilan juga telah menjunjukan hakim media untuk menyelesaikan kasus ini, “ meskipun kasus dalam proses media tapi proses belajar mengajar juga roda pemerintahan tetap berjalan,” ujarnya.
Dalam proses kasus tanah tersebut pihak penggugat
dalam suratnya pihak pemda harus membayar ganti rugi sebesar 18 juta pertahun
mulai tahun 1971 sampai sekarang dan tanah harus dikosongkan bangunan,” kita
sedang melakukan mediasi untuk kasus ini dan pihak pengadilan pun menujukkan
salah seorang mediasi,” Yusuf.
Dalam mediasi kasus ini kata Kuasa Hukum Pemkab
Pidie meminta agar penggugat membuka atau meindah pagar dan tidak melakukan
pengurusakan terhadap mess guru dan sarana lain milik pemerintah karena itu
merupakan sarana fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat setempat,”
keberadaan objek tersebut harus kembali pada status quo dan proses pengadilan
akan berjalan lancar sebagaimana mestinya,” tambah Muhammad Yusuf.(zan)
Carolla Hantam RX King,
Bukhari Meninggal Dunia
Sigli | Harian Aceh
Bukhari (45) warga Gampong
Neubok Badek, Kecamatan Tangse, Pidie tewas akibat terjadi kecelakaan
lalulintas di jalan Banda Aceh Medan, Minggu (24/5) sekira pukul 13.45 WIB, di
Gampog Lileu, Kecamatan Mutiara, Pidie
Menurut infomasi yang
dihimpun Harian Aceh, Bukhari berboncengan dengan istrinya, Mala (40) menuju kota Beuereunun dengan
mengendarai sepeda motor Rx King BL6494 PT .
Tepatnya di kawasan Lileu
tiba-tiba Bukhari memutar haluan sepeda motornya ingin membeli buah-buahan di
pinggir jalan. Tanpa diduga dari arah yang sama datang Sedan jenis
Corolla BL 641 ZA milik Nurdin Judon (37) warga Gampong Lueng Tengoh, Kecamatan
Jeunib, Bireun dan menghantam dari belakang. Saat sepmor Bukhari memutar, Sedan yang melaju kencang
langsung menghantam body sepeda motor Bukhari. Korban bersama isterinya
terpelanting kebadan jalan. Warga langsung menolong Bukhari dan Isterinya
membawa ke Rumah Sakit Umum Sigli.
Namun, Bukhari tak dapat
diselamatkan dan menghembus nafas terakhir di rumah sakit akibat pendarahan
hebat di bagian kepala. Sedang isterinya terpaksa dirawat inap hanya terdapat
luka ringan.
Kapolres Pidie, AKBP Moffan
MK, melalui Kasat Lantas, AKP Sulaiman yang dihubungi Harian Aceh, Minggu
(24/5) membenarkan adanya lakalantas yang menyebabkan Bukhari (45) warga
Gampong Neubok Badek, Kecamatan Tangse meninggal di rumah sakit. “kasus ini
sudah ditangani pihak kepolisian dan sudah sudah diamankan Barang bukti (BB)
yatiu satu unit sedan dan sepmor,”kata Sulaiman(zan)






0 komentar:
Posting Komentar